Jalan-jalannya kapan nulisnya baru sekarang *hehe yah karena kemalasan yang mendera, tulisan tentang kota Palembang pun sedikit terbengkalai. Padahal jalan-jalannya udah lewat dua bulan yang lalu.
Ya udah lanjut cerita aja biar ada kehidupan di blog gue 😁.
Jadi masih dalam rangka jalan-jalan gue di Palembang Januari kemarin.
Di hari setelah saya menjadi bridesmaid teman saya, saya pun punya waktu free khusus di hari ketiga. Saya mengajak beberapa teman untuk mengunjungi Pulau Kemaro, nggak afdol ya kalau ke Palembang gak mampir ke Pulau ini. Beruntung teman-temanku juga mau kesana, dan beruntungnya lagi ada beberapa teman asli Palembang join juga sama kami. Dan berangkatlah kami berenam yaitu saya, Nike, Lia (orang asli Palembang) dan tiga teman Lia yaitu Ko Arif, Sunli, dan Rikky yang juga asli Palembang. Kami berangkat dari hotel saya dan Nike menginap.
LOKASI PULAU KEMARO
Pulau Kemaro merupakan sebuah delta kecil di Sungai Musi, terletak sekitar 6 km dari Jembatan Ampera.
Pulau Kemaro terletak di daerah industri, yaitu di antara Pabrik Pupuk Sriwijaya dan Pertamina Plaju dan Sungai Gerong. Pulau kemaro berjarak sekitar 40 km dari kota Palembang dan merupakan adalah tempat rekreasi yg terkenal di Sungai Musi
CARA MENUJU KE PULAU KEMARO
LOKASI PULAU KEMARO
Pulau Kemaro merupakan sebuah delta kecil di Sungai Musi, terletak sekitar 6 km dari Jembatan Ampera.
Pulau Kemaro terletak di daerah industri, yaitu di antara Pabrik Pupuk Sriwijaya dan Pertamina Plaju dan Sungai Gerong. Pulau kemaro berjarak sekitar 40 km dari kota Palembang dan merupakan adalah tempat rekreasi yg terkenal di Sungai Musi
CARA MENUJU KE PULAU KEMARO
Ku pikir awalnya kita berangkat menuju Pulau Kemaro itu dari Dermaga Benteng Kuto Besak (itu yang kubaca di google untuk menuju Pulau Kemaro) ternyata temanku Lia bilang sama ko Arif (teman Lia yang membawa mobil) "kita naik kapalnya dari Pusri aja, biar lebih dekat".
Aku pun nurut aja *gimana donk aku anaknya memang gitu nurut kalau diajak jalan, ditimpukin netijen.
Jujur aku nggak tau itu daerah mana, aku cuma duduk manis di mobil. Temanku Lia dan tiga temannya memang asli Palembang yang memang sudah mengenal jalan situ. Yang kulihat disepanjang jalan, rumah-rumah warga sampai akhirnya kami melewati pabrik-pabrik gitu.
Sempat ku tanya dengan Ko Arif (teman Lia yang membawa mobil) ini daerah mana ya ko? Ko Arif pun menjawab "ini kawasan Pusri" aku pun cuma membalasnya dengan "ohh".
Sampai akhirnya, kita melewati jalanan yang sedikit agak rusak dan beberapa rumah warga dan ternyata gak jauh dari situ kami tiba di sebuah dermaga.
Dari dermaga Pusri, sudah keliatan Pagodanya |
Ko Arif pun turun di depan pintu gerbang dermaga, disitu Ko Arif seperti berbincang dengan security. Ku pikir, mungkin Ko Arif mau meminta ijin dengan security yang menjaga dermaga ini. Dan benar saja saat kutanya dengan Ko Arif, katanya biar aman sekaligus minta ijin untuk parkir mobil.
Iya juga ya, kita kan kesininya bawa mobil pribadi.
Sesampai di Dermaga, banyak bapak-bapak yang menyewakan kapalnya untuk menyebrang ke Pulau Kemaro. Bapak-Bapak ini pun mengajak kami untuk menyebrang ke Pulau Kemaro dengan rayuannya. Disini ko Arif melancarkan aksinya yaitu menawar harga sewa kapal dengan logat Palembang *kalau kata orang, untuk tawar menawar lebih baik menggunakan bahasa daerah itu sendiri biar gak dipatok harga tinggi, hihi. Beruntung juga ya, trip saya kali ini ditemani orang-orang asli sini. Jadi saya dapat harga murah.
Akhirnya kami dapat harga deal yaitu 150rb untuk kami berenam. Lumayan kan! Yah bisa dibilang seorang 25rb aja.
Sebenarnya kalau kulihat dari dermaga ini, saya sudah melihat Pagoda yang ada di Pulau Kemaro. Jadi bisa di bilang, jaraknya nggak terlalu jauh apalagi untuk menyebrang ke pulau ini. Dan benar aja dong, kita cuma 5 menit aja menyebrangnya, hahaha
Fyi, kapal yang kami naiki itu kapal kayu tanpa ada pelindung seperti pelampung atau apapun ya. Termasuk jika kalian menyebrang dari Dermaga Kuto Besak, kapal kayu juga dan biasanya nggak ada pelindung apapun yang dikasih oleh bapak pemilik kapal. Tapi beruntung neh, saya kemarin naik dari Pusri setidaknya lebih cepat untuk sampai ke Pulau Kemaro, beda halnya kalau dari Dermaga Kuto Besak bisa memakan waktu menyebrang sekitar 30 menit-an. Ngeri ngeri sedap ya kalau menyebrang gak ada pelindung apalagi Sungai Musi lumayan dalam juga loh.
Fyi, kapal yang kami naiki itu kapal kayu tanpa ada pelindung seperti pelampung atau apapun ya. Termasuk jika kalian menyebrang dari Dermaga Kuto Besak, kapal kayu juga dan biasanya nggak ada pelindung apapun yang dikasih oleh bapak pemilik kapal. Tapi beruntung neh, saya kemarin naik dari Pusri setidaknya lebih cepat untuk sampai ke Pulau Kemaro, beda halnya kalau dari Dermaga Kuto Besak bisa memakan waktu menyebrang sekitar 30 menit-an. Ngeri ngeri sedap ya kalau menyebrang gak ada pelindung apalagi Sungai Musi lumayan dalam juga loh.
BIAYA MASUK PULAU KEMARO
Untuk tiket masuk di Pulau Kemaro itu tidak ada biaya masuk ataupun biaya retribusi alias gratis, Namun ada fasilitas yang bisa digunakan oleh pengunjung yang dikenakan tarif misalnya penyewaan sepeda. Saya kurang tau berapa biaya sewa sepedanya.
Bagi masyarakat Palembang, pulau kemaro ini dianggap keramat. Bahkan di event tertentu seperti Cap Go Meh dan Imlek, Pulau Kemaro menjadi tempat perayaan event tersebut. Saat acara Cap Go Meh pun, terkadang pemerintah setempat membuatkan jembatan dadakan dari kayu sehingga memudahkan teman-teman Tionghoa untuk beribadah. Aku mau cerita tentang kisah Pulau Kemaro dulu ya, disimak ya biar tau sejarahnya 😁
LEGENDA PULAU KEMARO
Jadi dulu ada saudagar Tiongkok bernama Tan Bun An menjalin kasih dengan perempuan asli Palembang bernama Siti Fatimah. Tan Bun An kemudian mengajak Siti Fatimah berkunjung ke rumah orangtuanya untuk mendapat restu pernikahan. Setelah berkunjung, Tan Bun An dan Siti Fatimah lalu kembali ke Palembang dengan membawa hadiah tujuh buah guci pemberian orangtua Tan Bun An.
Ketika di perairan Sungai Musi, Tan Bun An membuka hadiah dari orangtuanya, dan terkaget-kaget mendapati isi guci tersebut hanyalah sawi-sawi asin. Tanpa berpikir panjang, kemudian Tan Bun An membuang semua guci tersebut ke Sungai Musi. Ketika ingin membuang hadiah yang ketujuh, guci tak sengaja terpecah dan Tan Bun An mendapati ada harta di dalam sawi-sawi asin.
Tan Bun An menyesali perbuatannya dengan langsung terjun ke sungai mencari harta yang telah dibuangnya. Melihat kejadian itu, seorang pengawal juga turut menceburkan diri. Melihat Tan Bun An dan pengawalnya tak kunjung tiba di permukaan, Siti Fatimah akhirnya juga menceburkan dirinya ke sungai. Ketiga orang itu pun akhirnya menghilang bersamaan dengan harta yang telah dibuang Tan Bun An ke perairan Sungai Musi.
Sampai saat ini, keberadaan Pulau Kemaro tidak lepas dari legenda terbuangnya harta Tan Bun An di perairan Sungai Musi. Bahkan untuk mengenang peristiwa tersebut, masyarakat sekitar Palembang kerap datang ke pulau yang dianggap keramat ini.
BERKELILING MENYUSURI KLENTENG HOK TJING RIO DAN PAGODA
BERKELILING MENYUSURI KLENTENG HOK TJING RIO DAN PAGODA
Saya pun berkeliling menyusuri Pulau ini, ada tiga bagian yang menurutku menjadi penghuni Pulau Kemaro, Ada klenteng Hok Tjing Rio atau biasa disebut juga Klenteng Kwan, yang di dalam klenteng ini terdapat 3 kuburan yang menjadi penghuni pulau ini yaitu Tan Bun Ang, Siti Fatimah, dan pengawalnya yang ikut gugur bersama mereka.
Hal yang paling saya suka kalau ke klenteng ya berfoto-foto apalagi foto ootd gitu soalnya warna merah pada klenteng itu sangat kontras, hehe
Selain klenteng Hok Tjing Rio, ada Pagoda yang menjulang tinggi (nggak tau nama Pagodanya apa). Pagoda ini bisa dibilang yang menjadi ciri khas Pulau Kemaro, pagoda ini berdiri tegak dengan 9 lantai. Namun sayang, saat saya ke sana Pagoda ini nggak boleh dibuka untuk umum. Temanku Rikky bilang kalau Pagoda ini hanya dibuka saat perayaan Cap Go Meh dan Imlek.
Hal yang paling saya suka kalau ke klenteng ya berfoto-foto apalagi foto ootd gitu soalnya warna merah pada klenteng itu sangat kontras, hehe
Selain klenteng Hok Tjing Rio, ada Pagoda yang menjulang tinggi (nggak tau nama Pagodanya apa). Pagoda ini bisa dibilang yang menjadi ciri khas Pulau Kemaro, pagoda ini berdiri tegak dengan 9 lantai. Namun sayang, saat saya ke sana Pagoda ini nggak boleh dibuka untuk umum. Temanku Rikky bilang kalau Pagoda ini hanya dibuka saat perayaan Cap Go Meh dan Imlek.
Selain klenteng dan pagoda mendiami pulau kemaro, ada juga neh penghuni lainnya yang berkaitan dengan Tan Bun Ang dan Siti Fatimah. Yaitu Pohon Cinta. Karena memang Pulau Kemaro ini nggak jauh dari kisah cinta antara Tan Bun Ang dan Siti Fatimah. Maka orang Palembang pun percaya, jika kamu menulis nama kamu dan pasangan kamu di Pohon Cinta ini maka cinta kamu akan abadi sama seperti cintan Tan Bun Ang dan Siti Fatimah yang abadi.
Pohon Cinta, tuliskan namamu dan nama pasanganmu di dahan pohon maka cinta kalian berdua akan abadi, katanya |
Namun sepertinya kamu harus mengurungkan niatmu untuk menulis di Pohon Cinta ini karena lagi-lagi pada Pohon Cinta ini sudah ditutup untuk umum 😋
Salam
Winnie